Sunday, February 13, 2022

Hutan Mangrove Menjagaku

Menurut UU No. 24 tahun 2007 bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian, harta benda dan dampak psikologis.

Berdasarkan pengertian bencana tersebut diatas ada dua faktor terjadinya bencana, yaitu faktor alam dan ulah manusia. Salah satu bencana alam yang paling berdampak besar di Aceh pada tahun 2004 adalah bencana tsunami yang menghantam sepanjang garis pantai di hampir semua pesisir Aceh dan menimbulkan kerugian yang sangat besar, baik jiwa maupun harta benda, tercatat sebanyak 173.741 meninggal dan 394.539 mengungsi (sumber: AcehPedia).
Banyaknya korban pada waktu itu karena kurangnya pengetahuan terhadap bencana ataupun karena kejadian tsunami di Indonesia tidak sering terjadi seperti hal nya di Jepang. Banyak orang berfikir itu adalah kiamat. Kejadian tsunami di Aceh memberikan banyak pelajaran bagi kita semua, setidaknya telah membuka mata kita bahwa Indonesia memiliki potensi bencana dilihat dari letak geografisnya.

Bencana mengajarkan kita banyak hal dalam kehidupan, sebelumnya masyarakat di Aceh pada umumnya beranggapan bencana adalah adalah takdir dari Allah swt yang kapan saja bisa terjadi sehingga kita hanya pasrah dan berdoa saja mengharap itu tidak terjadi, memang rasa keagamaan yang dimiliki oleh orang Aceh membuat mereka menjadi kuat dalam menerima bencana tapi sebenarnya kalau kita tahu bagaimana cara menanggulangi bencana maka jumlah korban yang lebih banyak bisa dikurangi. Memang bencana itu datangnya dari Allah tapi kita juga dianjurkan untuk berusaha mengurangi dampaknya dan Allah tidak suka dengan orang yang pasrah.

Setelah tsunami terjadi di Aceh banyak upaya mitigasi yang dilakukan untuk kedepannya supaya bisa mengurangi risiko bencana dimasyarakat, baik itu mitigasi structural yang berhubungan dengan fisik seperti pembuatan tanggul atau penanaman mangrove maupun mitigasi non – structural yang berhubungan dengan non – fisik seperti peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap bencana.

Berbicara tentang mitigasi struktural, kita tidak harus berfikir bahwa harus ada tanggul yang tinggi menjulang disepanjang pesisir pantai, tentu saja itu akan mengeluarkan biaya yang begitu mahal dan hasilnya belum tentu maksimal dirasakan oleh masyarakat, memang betul tanggul bisa mengurangi gelombang pasang dan abrasi disepanjang garis pantai tapi kalau kita ingin mendapatkan keuntungan lain tentu saja alam semesta mempunyai caranya sendiri dalam menanggulagi gelombang pasang ataupun abrasi pantai tentu saja ini mempunyai manfaat lain bagi perekonomian masyarakat sekitar pesisir pantai.

Mangrove adalah tumbuhan tropis yang komunitas tumbuhnya didaerah pasang surut dan sepanjang garis pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Menurut FAO (1952) definisi mangrove adalah pohon dan semak – semak yang tumbuh dan dibawah ketinggian air pasang tertinggi.
Pembibitan mangrove oleh masyarakat
Penanaman mangrove adalah salah satu metode yang tepat digunakan untuk mengurangi risiko bencana tsunami bagi masyarakat yang tinggal dipesisir pantai, selain itu juga bisa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat karena kalau mangrove sudah tumbuh akan banyak biota air yang hidup disana seperti kepiting, ikan dan udang selain itu juga di pohon mangrove tersebut bisa berkembang biak lebah yang menghasilkan madu untuk bisa digunakan oleh masyarakat, disamping itu juga ada beberapa jenis mangrove yang bisa dijadikan sumber makanan dan minuman bahkan hutan mangrove ini bisa menjadi tempat eko wisata dan belajar tentang segala hal.
Masyarakat melakukan pembibitan mangrove dan didampingi oleh salah satu organisasi kemanusian (PMI)
Masyarakat sebagai kelompok yang terkena dampak langsung dari bencana diharapkan  terlibat sepenuhnya dalam proses, mulai dari pembibitan mangrove, penanaman mangrove dan perawatan mangrove sampai pemanfaatan mangrove itu sendiri baik sebagai salah satu upaya pengurangan risiko bencana ataupun bagi perkembangan perekonomian masyarakat. Ini tidak hanya menjadi tugas orang tua saja tapi pelibatan anak – anak dari awal adalah proses menciptakan generasi penerus yang sadar akan bencana, merekalah nantinya yang akan menyampaiankan pesan kesiapsiagaan kepada generasi selanjutnya.
Menanam mangrove
Pemerintah mempunyai peranan yang penting dalam hal ini, seperti memberikan pelatihan tentang mangrove kemudian mengajak masyarakat secara swadaya untuk melakukan pembibitan dan penanaman juga dilakukan oleh masyarakat itu sendiri sehingga mereka merasa memiliki hutan mangrove dan mereka juga yang akan mendapatkan manfaatnya.
Tentu saja ini bukanlah hal mudah, karena merubah perilaku adalah salah satu hal yang paling sulit dilakukan karena seseorang itu akan sadar sesuatu apabila telah mengalaminya dan inilah yang akan menjadi kerja kita semua. Mereka sebenarnya mengetahui tapi seperti diabaikan.
anak sekolah juga terlibat dalam penanaman mangrove
Setelah tsunami banyak LSM dalam maupun luar negeri yang melakukan penanaman mangrove tapi kalau tanpa pelibatan masyarakat dari proses awal maka hasilnya tidak akan maksimal, banyak mangrove yang akan mati dan masyarakat tidak peduli akan hal tersebut karena mereka merasa tidak memiliki  pohon mangrove walaupun penanamannya ada diwilayah mereka. Tentu saja kalau perilaku masyarakat telah berubah menjadi sadar bencana maka penanaman mangrove ini bisa dilakukan kapan saja oleh mereka.

Belajar dari hal tersebut maka sangat baik melibatkan masyarakat dari proses awal perencanaan sampai dengan perawatan hutan mangrove sehingga mereka akan merasa memiliki pohon mangrove tersebut bahkan mereka merasa ini adalah tugas mereka dan mereka mempunyai kewajiban untuk melindungi anak cucu mereka dari bahaya bencana yang lebih besar, dan mereka bisa bercerita dengan bangga kepada generasi penerus bahwa merekalah penggerak penanaman mangrove, maka pada saat itulah perilaku masyarakat telah berubah, dari masyarakat yang pasrah terhadap bencana menjadi masyarakat yang berupaya untuk mengurangi dampak bencana yang lebih besar.

Salah satu desa yang telah mengupayakan hal tersebut adalah Desa Gampong Baro Kecamatan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya, bersama – sama tokoh masyarakat dan masyarakat mereka melakukan pembibitan mangrove sebanyak 28.000 batang untuk area seluas 7 Ha, karena sebagaimana kita ketahui bersama, Gampong Baro adalah salah satu desa yang ada di Aceh yang mempunyai populasi mangrove yang sangat luas tapi pada saat terjadinya tsunami pada tahun 2004 semua mangrove tersebut menjadi mati dan masih bisa kita lihat buktinya sampai sekarang, bersadarkan pengakuan dari Geuchik Gampong Baro (Samsuar) bahwa dengan menanam kembali mangrove disepanjang pesisir pantai tidak hanya akan menahan gelombang tsunami dan badai tapi juga bisa menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat karena dengan adanya hutan mangrove maka akan banyak ikan, udang dan kepiting yang dihasilkan dan masyarkat nelayanpun akan menjadi senang. Berdasarkan pengakuan salah satu nelayan yang ada disana, dia menyebutkan bahwa semenjak hutan mangrove ditanam kembali disana terlihat adanya peningkatan penghasilan dibandingkan saat – saat setelah terjadi tsunami. Sebagai masyarakat awam mereka tidak pernah menyalahkan bencana ataupun pasrah terhadap bencana yang telah terjadi akan tetapi mereka mengambil pelajaran dan meningkatkan pengetahuan mereka terhadap bencana dan cara penanggulangan bencana.
Rumah bibit mangrove

Bencana sudah tentu akan terjadi karena itu adalah sudah ketentuan dari Allah swt akan tetapi bagaimana agar risiko bencana bisa dikurangi tentunya dengan meningkatkan pengetahuan dan melakukan aksi nyata, salah satunya adalah penanaman mangrove seperti yang sudah dilakukan di Desa Gampong Baro, tidak hanya manfaatnya untuk mengurangi dampak dari risiko bencana tapi juga bisa menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat.
Bencana tidak bisa dicegah tapi bisa dikurangi risikonya
Bencana tidak bisa dicegah tapi bisa dikurangi risikonya. AYO SIAGA BENCANA









Be Nice Because Karma Does Exist

Apa yang kamu tanam itu yang akan kamu tuai! betuuul? Absolutely yes. Oleh karena itu janganlah pernah menyakiti hati orang lain, tidak perlu membalas kejahatan dengan kejahatan karena apa yang orang lakukan sama kita biarkan itu menjadi karma untuk nya, semua ada masanya begitu juga dengan pembalasan.

Apa yang sebenarnya kau takutkan? apakah kebaikan telah menumbuhkan kenaifan dalam dirimu? apakah kebaikan harus menjadi dendam? kebaikan akan selalu menjadi kebaikan. Dendam hanyalah perasaan 

Tidak perlu merasa takut dalam menjalankan kebaikan karena kita tidak harus mengharap manusia akan membalas kebaikan kita. Menjadi baik itu bukan untuk mendapatkan apa yang kita beri, Jadi lah karena memang kamu orang baik. Istilah kerennya sih bodoh amat 


Ketika Dituntut Harus Mandiri

Menjadi seorang mandiri tidaklah semudah yang kita pikirkan. Butuh waktu untuk menjadi kuat, tegar dan mandiri. Apalagi untuk seorang perempuan, lebih - lebih di Aceh dengan karakter keislaman yang kuat, itu akan sulit sekali. Ada saja pemikiran - pemikiran yang "negatif" untuk perempuan yang mandiri. 

Contohnya saja, ketika seorang perempuan terlalu mandiri, ada saja ucapan yang kurang enak didengar "Perempuan yang bisa melakukan sesuatu sendiri membuat laki - laki tidak mau mendekati". Ini adalah ungkapan yang salah, Salah sekali. Ketika seorang perempuan yang mandiri itu sebenarnya banyak faktor dan itu mungkin saja tidak ada pilihan. Maka itu jangan pernah judge seorang perempuan yang mandiri karena bisa saja ada pengalaman pahit yang telah di lewati. Ada pelajaran hidup yang membuatnya menjadi tegar dan mandiri. 

Berbanggalah ketika kamu  bisa mandiri. Karena kamu bisa melakukan sesuatu sendiri dan ingatlah Tuhanmu selalu menjadi penolongmu. 

Mandiri bukan berarti tidak perlu bantuan orang lain tapi berusaha sendiri dulu sebelum meminta bantuan. 

Jadi.... mandirilah