Lelaki Candu |
Lelaki
dihadapanku menghirup kopinya dengan perlahan,
dia dan candu begitulah aku menyebutkannya. Kopi sudah menjadi bagian
dari dirinya dan menjadi candu untuk kesehariannya. Aku terdiam dengan seksama
memperhatikan garis-garis tegas diwajahnya. Matanya menjadi focus perhatianku
walau mata itu hanya menatap ke candu yang sedang dihirupnya perlahan, tidak
bergeming dan bahkan tidak peduli aku ada dihadapannya. Lelaki itu masih diam
dan belum bercerita, akupun enggan untuk mengusik dan kubiarkan dia larut dengan
candunya sedang aku sabar menunggu.
Satu jam
berlalu, lelaki itu masih diam dan tidak peduli dengan kehadiranku. Kesabaran
ada batasnya dan kuberanikan diri untuk menegur lelaki itu dengan suara sedikit
kubuat tegas dan memaksa untuk menyadarkan lelaki itu kalau aku ada
dihadapannya (come on aku bukan patung yes).
“Ceritalah Dato,
tak perlu kau ragu kepadaku, aku akan mendengar ceritamu”. Tiba-tiba lelaki
yang kupanggil Dato itu menatapku tajam
seolah aku telah mengusiknya, aku sedikit bergetar tapi aku tetap balas menatap
matanya dan berpikir apakah aku telah membangunkan singa tidur?
Tatapannya
sedikit memudar dan samar kudengar suanya yang sedikit bergetar “ Untuk apa
kamu mau mengetahui ceritaku, kamu tidak akan pernah mengerti”. Sinis !!!! itu yang
kurasakan, tapi tidak tahu kenapa aku ingin sekali mendengar ceritanya dan aku
harus dapat cerita itu, harus!!!! “Dengarlah Dato, mungkin aku tidak pernah
mengerti tapi setidaknya berbagilah, jangan pendam kisahmu sendiri, bukankah
berbagi itu lebih baik???”.
“Aku bukanlah
perempuan yang hebat dan pandai menulis, tapi aku hanya ingin
pengalaman-pengalaman itu dibagi dan tidak disimpan sendiri, sejarah tidak akan
pernah kita tahu kalau tidak ada yang menulisnya”. Aku merasakan sepertinya
Dato ingin menyemburkan kopinya kemukaku, apakah aku terlalu banyak bicara atau
aku yang tidak basa-basi? Ahhhh lupakan, aku tidak peduli dan kubiarkan saja
dia begitu karena aku ingin mendengar ceritanya saja. Tiba-tiba saja Dato
berbicara kepadaku dan suaranya sudah sedikit enak didengar “Kamu jangan keras
kepala, ceritaku tidak penting untuk kamu tahu dan kamu siapa pun aku tidak
tahu”.
Aku tidak
pernah memelas tapi kali ini lain dan aku dengan sangat terpaksa memelas kepada
lelaki ini hanya untuk berbagi cerita yang menurut dia itu tidak penting
buatku, aku mencoba untuk memegang tanganya dan memberi kekuatan tapi dia
menepis tanganku, aku sedikit terkejut tapi aku hanya diam saja dan diapun diam
sambil meminum kembali candunya yang masih tersisa. Keras kepala.. huh.. akupun
bisa, lihatlah akan kutunggu sampai lelaki itu bercerita. Setelah sekitar 30
menit terdiam akhirnya lelaki pecandu kopi ini bersuara lagi.” Masa laluku
sangat keras dan penuh perjuangan, kamu mungkin tidak merasakan bagaimana itu
berjuang (huh…. Bisa-bisanya dia berkata begitu tapi sabar…. Jangan menyela
sampai dia habis bercerita daripada dia diam lagi) waktu itu masa-masa yang
tidak menyenangkan di tempatku, masa penuh pergolakan dan jiwaku terpanggil,
kamu kenal tahu Hasan Tiro? 9aku mengangguk) aku mengetahui beliau dari
buku-buku yang aku baca dan aku sangat pengagumi beliau tapi waktu itu bukan
waktu yang tepat untuk dia karena dicari dimana-mana hanya dengan alas an
makar. Semakin aku penasaran dan mencari tahu tentang perjuangannya dan sampai
akhirnya aku bergabung berjuang dengan mereka yang lainnya”. Sampai disitu
lelaki ini berhenti dan menghirup lagi kopi dihadapanya, entah cangkir yang
keberapa, kuat juga dia menghirup candunya, aku diam saja dan kubiarkan dia
berhenti bercerita sebentar dan aku tidak ingin merusak mood dia.
“Aku pernah
ikut latihan perang walaupun hanya sebentar dan pada akhirnya aku harus pergi
ke bagian tengah Aceh untuk melanjutkan sekolah, waktu itu aku masih kecil,
tapi semangat hasan Tirois membuat aku betul-betul ingin berjuang bersama
mereka, usia tidak menghambat aku untuk belajar menggunakan senjata sebagaimana
orang-orang lain dikampung aku. Saat itu Tgk Munir yang mengajarkan kami bagaimanan
bongkar pasang senjata dan bagaimana menggunakannya, satu peluru untuk satu
orang musuh. Itu pesan Tgk Munir.
Sampai disini
aku semakin kagum sama lelaki ini walaupun aku baru mengenalnya dan aku semakin
ingin mendengar ceritanya. Sejenak dia menarik nafas dalam seakan ingin
membuang semua beban dalam dirinya dan melanjutkan bercerita.”Bapakku diculik,
aku tidak tahu siapa yang melakukannya bahkan sampai sekarang aku tidak tahu
dimana jasadnya (sampai disini aku melihat lelaki pecandu kopi ini tidak bisa
menahan emosinya, matanya sudah berkaca-kaca ingin kuberkata tumpahkan saja air
matamu dan ingin merangkulnya tapi aku tidak mau ada penolakan jadi hanya
kulihat saja dia dan kubiarkan dia larut dalam kesedihannya.
“Bapakku
adalah korban dari ketidakadilan perjuangan itu, orang-orang sudah gelap mata,
membunuh sudah biasa apalagi pembantaian warga yang tujuannya hanya untuk
memperkaya diri dan mengumpulkan harta dengan cara merampas demi alasan untuk
perjuangan. Bukan saja orang tuaku yang menjadi korban kekejaman dari konflik
Aceh ini tapi abang sepupu aku sampai saat ini belum diketahui dimana kuburnya.
Tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh mereka. Tidak ada lagi perjuangan murni
yang aku lihat dan itu betul-betul membuatku sangat kecewa”. Lelaki ini menarik
nafas dalam dan menghembus pelan dengan penuh rasa lega.
“Tapi Dato,
bukankah mereka itu berjuang untuk membantu rakyat miskin?”. Lelaki itu
menyela, kumelihat ada aura kemarahan. “Tahu apa kamu tentang perjuangan”.
Duh….. sabar..sabar..sabar!!!!! “Mereka telah menistakakn perjuangan, mereka
hanyalah pecundang yang bertopeng dibalik perjuangan untuk memperkaya diri
dengan merampas harta masyarakat”.
Aku menarik
nafas pelan dan mencoba untuk sedikit bijak “Maafkan aku Dato, aku memang tidak
pernah paham dan mengerti tentang perjuangan karena aku bukan pelaku sepertimu,
aku sangat menghargai ceritamu ini dan ini membuat aku menjadi tahu bahwa pada
kenyataannya niat dari perjuangan itulah yang akan menjadi landasan dalam
mencapai hasil yang diinginkan. Terima kasih Dato ceritamu telah mengungkap
sisi lain dari perjuangan dan ini menjadi pembelajaran untuk aku dan lainnya”
Lalu Dato
berkata”Aku akan mengingatnya sampai aku lupa!!!!!!!!!!!!”.
Ahh sudah
cukup, aku tidak ingin berbasa-basi lagi, mungkin dia lelah karena aku telah
memaksa dia untuk bercerita, walapun begitu lelaki pecandu ini tetap menjadi
misteri bagiku.
Tapaktuan, 6
Desember 2016
Note: Aku
hanya menulis kisahnya
0 comments:
Post a Comment