“Anak
perempuan kok ngopi” ini adalah
pertanyaan yang ditujukan kepadaku saat ditawarin teh atau kopi. Menurutku ini
aneh, kenapa perempuan tidak boleh ngopi atau memang budaya ngopi itu adalah
otoritasnya laki-laki bukan perempuan.
Well, aku yang terlahir dan besar dipelosok
sudah terbiasa dengan kopi, hamper setiap pagi rutinitas kami sekeluarga itu
adalah minum kopi setiap pagi yang dibeli diwarung dekat rumah, biasanya aku
atau adikku yang kebagian untuk beli kopi, berat sih dan malas karena hamper
tidak ada peremuan di warung kopi tapi mau bilang apa udah perintah dari boss
besar (bapak) untuk membeli kopi dan pulut. Jadi kopi itu bukan hal yang asing
lagi buatku, sudah kebiasaan dari kecil walaupun tidak ketergantungan, ya
sekedarnya sajalah.
Jadi wajar juga ketika pindah ke kota pada saat
melanjutkan sekolah kebiasaan ngopi itu masih dipertahankan walaupun nga setiap
pagi. Awal – awalnya aneh kok perempuan suka ngopi tapi setelah tsunami, entah
kenapa satu pertatu warung kopi didirikan mulai dari bangunannya yang sederhana
sampai yang lumayan waah. Dan bisa dilihat penikmat warung kopi tidak lagi
laki-laki tetapi banyak juga perempuan yang entah minum kopi atau minuman
lainnya.
Aku sendiri awal-awalnya masih setia dengan
kopi, mencium aromanya saja sangat kunikmati apalagi menghirup kopinya, aku
tidak candu tapi kopi adalah temanku. Semakin kesini kopipun sudah mulai
bervariasi, entah itu kopi madu, kopi luwak, arabika, robusta, ada pula kopi
dingin, kopi es cream, kopiah (ada ya hahaha) dan semakin banyak saja penikmat
kopi.
Suatu hari kopi membuatku menjadi begitu tidak
berdaya, entah kenapa kopi begitu membenciku walaupun aku masih setia, bahkan dia membuatku lemas dan tidak berdaya.
Aku tidak membenci, aku masih menikmati aroma tapi aku tidak bisa menghirup
lagi (sedih)
Bulan berganti, akupun semakin rindu dengan
kopi, walaupun aku bukan pecandu tapi aku mencoba lagi. Yes kopi masih mau
bersahabat denganku, pelan-pelan aku menghirup dan menikmatinya, satu menit..
dua menit..tiga menit. Aman !!! akhir aku menikmati lagi kopi.
Tapi cerita aku dan kopi belum berakhir,
lagi-lagi kopi membuatku tidak berdaya, aku dipaksa untuk membuka mata…. Ohhhh dalam
nikmat ada penderitaan dan aku masih mencintai kopi walaupun tidak bisa
menikmatinya setiap hari.
Ini ceritaku dan kopi :)
0 comments:
Post a Comment