Thursday, October 20, 2016

Ceritaku dan Kopi

“Anak  perempuan kok ngopi”  ini adalah pertanyaan yang ditujukan kepadaku saat ditawarin teh atau kopi. Menurutku ini aneh, kenapa perempuan tidak boleh ngopi atau memang budaya ngopi itu adalah otoritasnya laki-laki bukan perempuan.
Well, aku yang terlahir dan besar dipelosok sudah terbiasa dengan kopi, hamper setiap pagi rutinitas kami sekeluarga itu adalah minum kopi setiap pagi yang dibeli diwarung dekat rumah, biasanya aku atau adikku yang kebagian untuk beli kopi, berat sih dan malas karena hamper tidak ada peremuan di warung kopi tapi mau bilang apa udah perintah dari boss besar (bapak) untuk membeli kopi dan pulut. Jadi kopi itu bukan hal yang asing lagi buatku, sudah kebiasaan dari kecil walaupun tidak ketergantungan, ya sekedarnya sajalah.
Jadi wajar juga ketika pindah ke kota pada saat melanjutkan sekolah kebiasaan ngopi itu masih dipertahankan walaupun nga setiap pagi. Awal – awalnya aneh kok perempuan suka ngopi tapi setelah tsunami, entah kenapa satu pertatu warung kopi didirikan mulai dari bangunannya yang sederhana sampai yang lumayan waah. Dan bisa dilihat penikmat warung kopi tidak lagi laki-laki tetapi banyak juga perempuan yang entah minum kopi atau minuman lainnya.
Aku sendiri awal-awalnya masih setia dengan kopi, mencium aromanya saja sangat kunikmati apalagi menghirup kopinya, aku tidak candu tapi kopi adalah temanku. Semakin kesini kopipun sudah mulai bervariasi, entah itu kopi madu, kopi luwak, arabika, robusta, ada pula kopi dingin, kopi es cream, kopiah (ada ya hahaha) dan semakin banyak saja penikmat kopi.  
Suatu hari kopi membuatku menjadi begitu tidak berdaya, entah kenapa kopi begitu membenciku walaupun aku masih setia,  bahkan dia membuatku lemas dan tidak berdaya. Aku tidak membenci, aku masih menikmati aroma tapi aku tidak bisa menghirup lagi (sedih)
Bulan berganti, akupun semakin rindu dengan kopi, walaupun aku bukan pecandu tapi aku mencoba lagi. Yes kopi masih mau bersahabat denganku, pelan-pelan aku menghirup dan menikmatinya, satu menit.. dua menit..tiga menit. Aman !!! akhir aku menikmati lagi kopi.
Tapi cerita aku dan kopi belum berakhir, lagi-lagi kopi membuatku tidak berdaya, aku dipaksa untuk membuka mata…. Ohhhh dalam nikmat ada penderitaan dan aku masih mencintai kopi walaupun tidak bisa menikmatinya setiap hari.

Ini ceritaku dan kopi :) 

0 comments:

Post a Comment